kelompok 7

Kelompok 7
- Khairunnisa Azahra 
- Ditheona Kheista
- Ichsan Fawwaz
- Raditho
- Sabrina
- Dian Almahri

1. ORIENTASI
Cerita macam itu berkembang ke arah salah kaprah. Entah siapakah yang bercerita, kabut tebal itu memang disengaja oleh para dewa di kayangan agar wajah cantik para bidadari yang turun dari kayangan melalui pelangi jangan sampai dipergoki manusia. Para bidadari itu turun untuk memberikan penghormatan kepada satu-satunya wanita di dunia yang terpilih sebagai sang Ardhanareswari, yang berarti wanita utama yang menurunkan raja-raja besar di tanah Jawa ini.Maklum sebagai sang  Ardhanareswari, Ken Dedes adalah titisan dari Pradnya Paramita, dewi ilmu pengetahuan.

2. PENGUNGKAPAN PERISTIWA
Dan ketika bende Kiai Samudra dipukul bertalu, tangis serentak membuncah. Ayunan pada bende yang getar suaranya mampu menggapai sudut-sudut kota merupakan isyarat yang sangat dipahami. Gelegar bende dengan nada satu demi satu. Namun, berjarak sedikit lebih lama dari isyarat kebakaran merupakan pertanda Sang Prabu mangkat. Semua orang yang mendengar isyarat itu merasa denyut jantungnya berhenti berdetak. Di bilik pribadinya, Sang Prabu  Kertarajasa Jayawardhana yang ketika muda sangat dikenal dengan sebutan Raden Wijaya membeku. Empat dari lima istrinya meledakkan tangis .

3. MENUJU KONFLIK
Mirip cerita Jaka Tarub saja," gumam Gajah Mada sekali lagi untuk diri sendiri. "Lagi pula, setahuku dak pernah ada pelangi di malam hari. Pelangi itu munculnya selalu siang dan ketika sedang turun hujan."Lebih jauh soal kabut tebal pula, konon ketika Calon Arang, si perempuan penyihir dari Ghirah marah dan menebar tenung, kabut amat tebal membawa penyakit turun tak hanya di wilayah tertentu. Namun, merata di seluruh negara, menyebabkan Prabu Airlangga dan Patih Narottama kebingungan dan terpaksa minta bantuan kepada Empu Barada untuk meredam sepak terjang wanita menakutkan itu. Empu Barada benar-benar sakti. 
Empu itu menebas pelepah daun keluwih yang melayang terbang ketika dibacakan japa mantra. Beralaskan pelepah daun itulah Empu Barada terbang membubung ke langit dan memperhatikan seberapa luas kabut pembawa tenung dan penyakit. Empu Barada melihat, ampak-ampak pedhut itu memang sangat luas dan menelan luas negara dari ujung ke ujung. Untunglah cahaya Hyang Bagaskara yang datang di pagi harinya mampu mengusir kabut itu menjauh tanpa tersisa jejaknya sedikit pun. 

4. PUNCAK KONFLIK
"Ditemukan mayat lagi, Kakang Gajah," Gajah Enggon melaporkan. Gajah Mada memandangi wajah samar-samar di depannya. "Mayat siapa?"
"Prajurit bernama Klabang Gendis mati dengan anak panah menancap tepat di tenggorokannya. Tak ada jejak perkelahian apa pun, sasaran menjadi korban tanpa menyadari arah bidikan anak panah tertuju kepadanya.Gajah Mada merasa tak nyaman memperoleh laporan itu. Orang yang mampu melepas anak panah dengan sasaran sulit pastilah orang yang sangat menguasai sifat gendewa dan anak panahnya. Orang yang mampu melakukan hal khusus macam itu amat terbatas dan umumnya ada di barisan pasukan Bhayangkara. Adakah prajurit Bhayangkara yang terlibat?"Dan kami temukan mayat kedua," Gagak Bongol menambahkan. "Pelaku pembunuhan menggunakan anak panah itu mati dipatuk ular," Mayatnya dicabik-cabik beberapa ekor anjing. Pembunuh yang terbunuh ini, menyisakan jejak rasa kecewa di hati kita, Kakang. Aku tahu, Kakang Gajah pasti kecewa mengetahui siapa dia?" Gajah Mada menengadah memandang langit. Namun, tak ada apa pun yang tampak kecuali warna pedhut yang makin menghitam legam. "Bhayangkara?Ya, jawab Gagak Bongol. Siapa? lanjut Gajah Mada.

5. KODA
Dyah Menur berbalik dengan memejamkan mata. Dyah Menur Hardiningsih yang menggendong anaknya dan Pradhabasu yang juga menggendong anaknya, berjalan makin jauh dan makin jauh ke arah surya di langit barat. Dan sang waktu sebagaimana kodratnya akan mengantarkan ke mana pun mereka melangkah. Sang waktu pula yang menggilas semua peristiwa menjadi masa lalu.

     Cerita ini berpusat pada tokoh imajinasi bernama Gajah Mada yaitu seorang Patih Daha. Gajah Mada nampak terlarut dalam pikiran soal cerita-cerita sejarah mengapa bisa terjadi kabut tebal di muka bumi ini. Ada berlatarbelakang tentang bidadari bidadari yang turun dari langit dengan salah satunya menikah dengan manusia biasa seperti Jaka Tarub. Ada juga yang berlatarbelakang tentang calon Arang yang sengaja menurunkan kabut tebal dan diberantas oleh ahli sihir bernama Empu Barada. Namun, semua itu hanya dianggap sebagai cerita dongeng belaka saja oleh Gajah Mada. Berdasarkan anggapan Gajah Mada tersebut dapat terlihat bahwa Gajah Mada tidak percaya dengan mitos.

     Cerita ini, melalui karakter Gajah Mada juga, digambarkan sebagai tokoh yang sangat ambisius dan memiliki tekad kuat untuk menyatukan nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Ia berjuang keras untuk mengatasi perpecahan dan menggabungkan berbagai wilayah di bawah kekuasaan Majapahit, dengan tujuan membentuk kekuatan yang lebih besar dan stabil. Di satu sisi, Gajah Mada merasakan kebanggaan atas pencapaiannya dan kesuksesannya dalam merencanakan dan melaksanakan berbagai strategi. Di sisi lain, ia juga mengalami kekecewaan saat menghadapi berbagai tantangan dan pengkhianatan.

     Adapun amanat dari cerita sejarah ini yaitu bertanggung jawablah atas semua yang telah dilakukan, serta cintailah pekerjaan juga bagaimana dampak buruk keserakahan akan membuat dirimu celaka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kelompok 5

kelompok 3